Senin, 23 Oktober 2017

Pendidikan Finlandia dengan Teori Ki Hajar Dewantoro

Kondisi pendidikan di Finlandia pada era 80-an tidaklah lebih baik dari Indonesia. Namun dalam 3 dekade terakhir, dunia pendidikan di negara kawasan Skandinavia tersebut langsung mengalami kemajuan sangat pesat.
Ternyata rahasia di balik berhasilnya reformasi pendidikan di Finlandia karena negara itu mengikuti ajaran dari Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara. pendidikan di Finlandia dikembangkan berdasarkan sejumlah buku yang ditulis Ki Hadjar Dewantara yang merupakan Menteri Pendidikan pertama di Indonesia. Namun, kata Anies, ironisnya ajaran Ki Hadjar tersebut diabaikan di Indonesia.
Dua tahun silam, dalam pidatonya yang bertajuk “Gawat Darurat Pendidikan di Indonesia”, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan memaparkan adanya kesamaan konsep pendidikan Finlandia dengan konsep pendidikan yang diusung Ki Hadjar Dewantara. 
Ia menuturkan, kesamaan pertama merujuk pada kebijakan pemerintah Finlandia untuk menempatkan standarisasi pendidikan secara proporsional.
Konsep ini sama dengan buah pikiran Ki Hadjar Dewantara dalam buku “Pusara” (1940) yang menyatakan: “Jangan menyeragamkan hal-hal yang tidak perlu atau tidak bisa diseragamkan. Perbedaan bakat dan keadaan hidup anak dan masyarakat yang satu dengan yang lain harus menjadi perhatian dan diakomodasi.”
Masih merujuk pada buku yang sama, Pusara (1940), terlihat kesamaan lain konsep pendidikan Finlandia dengan Ki Hadjar Dewantara. Pemerintah Finlandia yang menekankan pengaruh besar kesetaraan pada kinerja pendidikan rasanya akan “mengangguk” dengan pernyataan Ki Hadjar Dewantara berikut ini: “Rakyat perlu diberi hak dan kesempatan yang sama untuk mendapat pendidikan berkualitas sesuai kepentingan hidup kebudayaan dan kepentingan hidup kemasyarakatannya.”
Sekitar 78 tahun yang lalu, dalam buku Keluarga, Ki Hadjar Dewantara berpendapat “Anak-anak tumbuh berdasarkan kekuatan kodratinya yang unik, tak mungkin pendidik ‘mengubah padi menjadi jagung’, atau sebaliknya.” Konsep yang sama jika merujuk pada pandangan pemerintah Finlandia yang menganggap standarisasi kaku dan berlebihan merupakan musuh kreativitas.
Kesamaan yang terakhir muncul dalam Mimbar Indonesia (1948) saat Ki Hadjar Dewantara menganggap “Bermain adalah untutan jiwa anak untuk menuju ke arah kemajuan hidup jasmani maupun rohani.” Secara singkat, Finlandia juga selalu menekankan bahwa anak harus bermain.
Fakta-fakta kesamaan konsep pendidikan Finlandia dengan Ki Hadjar Dewantara inilah yang membuat Anies Baswedan berujar: “Ironis ketika negara lain menerapkan prinsip-prinsip pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang ditulis puluhan tahun lalu dan sukses meningkatkan kinerja pendidikan mereka... saat kita sendiri semakin terasing dari pemikiran-pemikirannya.”

Perbedaan pendidikan di Finlandia dan Indonesia
Disalin dari status FB-nya Bukik Setiawan

Finlandia: Less is better. Teaching less is better
Indonesia: More is better. Teaching more is better 

Finlandia: Kurangi kesenjangan, jalankan kesetaraan
Indonesia: Menjaga kesenjangan, jalankan sekolah favorit 

Finlandia: Tidak ada PR. Tidak ada UN
Indonesia: Banyak PR. UN setiap jenjang

Finlandia: Mengajak anak bebas bermain 
Indonesia: Mengajak anak serius sejak dini

Finlandia: Sekolah menggunakan kurikulum sendiri
Indonesia: Kurikulum didikte dari pusat

Finlandia: Pendidikan guru tidak berbasis standar/kompetensi
Indonesia: Pendidikan guru harus menguasai banyak kompetensi

Finlandia: Guru lebih banyak waktu berinteraksi dengan siswa
Indonesia: Guru lebih banyak berinteraksi dengan kertas/administrasi

Finlandia: Orang tua menyekolahkan anak ke sekolah terdekat
Indonesia: Orang tua menyekolahkan anak ke sekolah terbaik

Finlandia: Guru harus menghargai keunikan siswa
Indonesia: Guru harus menstandarkan keunikan siswa

Finlandia: Ajarkan kolaborasi, sebelum kompetisi
Indonesia: Kompetisi dari hari pertama hingga terakhir sekolah

Finlandia: Mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan itu ilegal
Indonesia: Mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan itu harus

Finlandia: Tidak ada ranking bagi siswa, kelas, maupun sekolah
Indonesia: Siswa, kelas dan sekolah dirangking 

Finlandia: Visinya membuat sekolah terbaik untuk anak
Indonesia: Visinya membuat sekolah terbaik di dunia 

Tak bisakah kita berpikir sederhana? Membuat tempat yang nyaman buat anak belajar?
Finlandia lebih percaya diri dalam menjalankan prinsip pendidikan bapak pendidikan Indonesia: Ki Hadjar Dewantoro. Kita? Kita angkat namanya, tapi kita buang ajarannya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar